Iran-Israel Perang, Ongkos Logistik Terancam Naik

  • Bagikan

RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Dunia usaha melihat konflik Timur Tengah yang terus meluas dengan perang Iran-Israel dapat mendorong kenaikan harga komoditas minyak mentah dan menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah.

“Kami melihat pemerintah dan dunia perlu mendorong deeskalasi konflik agar tidak memengaruhi kemampuan pemulihan ekonomi dunia,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin, Sarman Simanjorang, kepada Rakyat Merdeka, Senin (15/4/2024).

Menurut dia, meskipun perekonomian nasional masih terjaga dan solid, yang ditandai dengan cadangan devisa yang solid hingga 140 miliar dolar AS atau setara impor 6,4 bulan, tapi ketergantungan impor terhadap kebutuhan BBM dapat menekan lebih jauh nilai tukar rupiah.

Sebagai dampak perang Iran-Israel, beberapa industri dan tarif logistik kemungkinan besar mengalami kenaikan serta menekan kemampuan daya beli masyarakat. Sektor industri yang bergantung pada bahan baku impor juga terdampak dengan naiknya biaya bahan baku ataupun sektor usaha yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS akan mengalami kenaikan biaya beban utang.

Oleh karena itu, untuk antisipasi terhadap kenaikan harga minyak, tarif logistik, maupun komoditas impor perlu terus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, faktor-faktor ini memengaruhi peningkatan inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah.

“Pengendalian fiskal khususnya pada masa transisi kepemimpinan sepanjang tahun ini perlu menjadi faktor yang diperhatikan pemerintah dalam mengkalkulasi dampak tekanan eksternal melalui eskalasi konflik Timur Tengah,” tukasnya. (rm)

  • Bagikan