Temuan Baru di Rumah Satu Keluarga Tewas di Kalideres: Ada Buku Agama hingga Mobil Dijual

  • Bagikan

JAKARTA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Kematian empat anggota keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, masih menjadi teka-teki. Polisi kembali mengungkapkan fakta baru dari tempat kejadian perkara (TKP) untuk mendalami penyebab kematian satu keluarga itu.

Terbaru, Polres Metro Jakarta Barat menyebutkan bahwa mobil yang diduga hilang ternyata dijual oleh sang pemilik, yakni Budyanto Gunawan.

Mobil Honda Brio itu diketahui tak lagi tampak di kediaman mereka. Sehingga, dugaan mobil hilang saat keempatnya mengembuskan napas terakhir pun mencuat. "Kendaraan tersebut telah dijual langsung oleh saudara Budyanto Gunawan selaku pemiliknya," ujar Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce dalan keterangan tertulisnya, Selasa (15/11/2022) malam. Budyanto, lanjut Pasma, telah menjual mobil miliknya kepada salah satu pemilik showroom mobil berinisial R pada 20 Januari 2022. Kendaraan itu dijual seharga Rp 160 juta.

Rumah korban juga diketahui terkunci dari dalam. Menurut Ketua Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto, kunci gembok yang terpasang tersebut masih dalam penguasaan keempat penghuni rumah. "Gembok pintu ternyata dikunci dari dalam, bukan dari luar. Berarti tentunya penguasaan kunci oleh si penghuni. Ini menjadi catatan tersendiri," ujar Benny dalam wawancara bersama Kompas TV, dikutip Selasa.

Benny berpendapat, temuan ini perlu diselidiki lebih lanjut oleh pihak kepolisian guna mengungkap misteri satu keluarga tewas di Kalideres.

Dengan demikian, lanjut Benny, penyidik dapat mencari keterkaitan antara kondisi rumah yang terkunci dari dalam dengan penyebab kematian. "Oleh sebab itu, kami masih menunggu hasil dari Labfor nanti untuk sesegera mungkin kita bisa menyimpulkan kasus ini motifnya apa," ungkap Benny. Di rumah tersebut juga ditemukan buku berbagai agama. Benny turut menyampaikan bahwa penyidik menemukan buku-buku agama di TKP. Hal ini, kata Benny, perlu diselidiki lebih dalam oleh para penyidik. Menurut Benny, penyidik perlu menyelidiki buku-buku tersebut dengan memeriksa setiap coretan yang mungkin sengaja digariskan oleh anggota keluarga tersebut. "Ada yang menarik menurut saya. Karena di TKP juga ditemukan buku-buku berbagai macam buku agama, kemudian buku-buku bacaan. Ini menurut kami penyidik perlu mendalami," papar Benny.

Sehingga, penyidik bisa mengetahui apakah ada bacaan atau ajaran tertentu yang memang dikaji dan dipelajari oleh para korban. Kesaksian tukang jamu langganan korban R, tukang jamu langganan keluarga yang tewas misterius itu, mengaku sempat bertemu langsung dengan mereka dua bulan lalu. Kala itu R bertemu dengan Rudyanto Gunawan (68) dan anaknya, Dian (40). Keduanya tampak jalan bersama. Namun, R merasa janggal karena mereka hanya terdiam. Padahal, Dian dikenal sebagai pribadi yang ramah di mata R. "Dian jalan dari sini (arah pasar). Dia jalan kaki sama bapaknya bawa kresek item jalan," kata R ditemui tak jauh dari TKP, Selasa. "Terus tukang bubur nanya ke saya, 'Itu Dian kan, Mba?' Iya kata saya. Kok diem aja ya, biasanya kan dia negor," ucap R menirukan percakapannya dengan tukang bubur kala itu.

Dian juga tampak berbeda beberapa waktu belakangan. Perempuan yang tadinya bertubuh gemuk itu, kata R, menjadi lebih kurus. R juga mengatakan baru pertama kali melihat keluarga Dian pergi dengan berjalan kaki. "Biasanya mereka keluar itu enggak pernah jalan. Mereka selalu bawa mobil atau enggak motor. Dan baru kali itu lihat dia jalan, Dian sama Bapaknya," sebut R. Meski telah lama menjual jamu kepada keluarga tersebut, R masih merasa janggal terutama ketika salah seorang di antaranya berniat meminjam uang.

Salah satu anggota keluarga tersebut bertanya apakah bisa meminjam uang sebesar Rp 50 juta. Anggota keluarga tersebut beralasan, uang itu akan digunakan untuk operasi kerabatnya. R lantas menolak untuk meminjamkan karena ia mengaku tak memiliki uang sebanyak itu. "Dia pernah WA (WhatsApp) ke saya minjem duit Rp 50 juta buat operasi. Operasi untuk apa saya enggak tahu," ujar R. Semenjak pandemi Covid-19, keluarga ini pun tak pernah lagi memesan jamu darinya. R sendiri tak mengetahui alasannya.

Polisi cek suhu dan kelembapan ruangan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Bareskrim Polri telah memeriksa suhu dan kelembapan rumah satu keluarga tewas di Kalideres. Hal itu dilakukan guna mengetahui berapa lama waktu pembusukan keempat jenazah.

"Pembusukannya nanti jadi diketahui berapa lama dari suhu sama itu tadi (kelembapan). Sudah berapa lama kira-kira kematiannya," terang Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Toksikologi Lingkungan (Toklin) Puslabfor Bareskrim Polri Kompol Faizal Rachmad. Selama menyelidiki suhu dan kelembapan, kepolisian menggunakan humidity meter dan termometer. Beberapa dari mereka memeriksa tiga ruangan di dalam rumah. "Kami mengukur suhu sama kelembapan saja di tiga ruangan. Kamar belakang, kamar depan, sama ruang tamu," tutur Faizal.

Sekitar 15 menit, polisi berada di dalam rumah yang menjadi lokasi keempat korban mengembuskan napas terakhirnya. Namun, Faizal tak memerinci hasil pemeriksaan suhu dan kelembapan di lokasi.

Meninggal bukan karena kelaparan

Terbaru, Polda Metro Jaya menegaskan bahwa empat orang itu meninggal dunia bukan karena kelaparan. Dugaan kelaparan awalnya muncul karena hasil otopsi menunjukkan tidak ada sisa sari makanan di lambung korban, serta otot keempat jenazah yang juga sudah mengecil. Namun, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan menjelaskan bahwa dugaan awal itu sejauh ini tidak terbukti. "Bisa dikatakan untuk sementara memang tidak mengarah kepada kelaparan. Kami tidak menemukan adanya penyebab utamanya karena mati kelaparan," ujar Zulpan saat dikonfirmasi, Selasa.

Kendati demikian, Zulpan belum dapat menjelaskan lebih lanjut soal dugaan sementara penyebab kematian keempat orang tersebut. Zulpan hanya mengatakan bahwa penyidik sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) ulang dan kini tengah mendalami sejumlah alat bukti baru yang ditemukan. "Kami sudah dapat beberapa bukti di TKP, petunjuk dan sebagainya, tetapi memang belum bisa kami sampaikan secara langsung dan detail karena masih memerlukan waktu," ungkap Zulpan. "Intinya sementara bukan karena kelaparan, tetapi penyebabnya apa karena menganut aliran tertentu atau ada hal lain, ini masih didalami," imbuh dia.

Diberitakan sebelumnya, empat orang anggota keluarga ditemukan tewas di dalam rumahnya, Perumahan Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022). Jasad satu keluarga yang telah membusuk itu ditemukan pertama kali oleh warga setempat yang terganggu dengan bau tak sedap di daerah permukimannya. Keempat jasad itu, yakni Rudyanto Gunawan (71) yang ditemukan dalam posisi tertidur di atas kasur di kamar belakang. Kemudian, istri Rudyanto bernama Margaretha Gunawan (68) ditemukan di kamar depan dalam posisi tertidur di atas kasur. Di kamar yang sama juga ditemukan jasad anak dari Rudyanto-Margaretha bernama Dian (40), tetapi letaknya di lantai. Terakhir, yakni ipar dari Rudyanto bernama Budyanto Gunawan ditemukan dalam posisi telentang di sofa ruang tamu.

Sejauh ini, polisi menduga mereka meninggal dunia dalam waktu yang berbeda-beda. Namun, waktu kematian satu keluarga yang dikenal sangat tertutup dari lingkungan sekitar itu diperkirakan terjadi lebih dari dua pekan lalu. Tak ada tanda kekerasan pada jasad mereka. Belum pula ditemukan zat/unsur berbahaya di organ dalam. Polisi masih menyelidiki penyebab kematian satu keluarga itu. Jasad keempatnya hingga kini masih diperiksa petugas laboratorium forensik di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. (in)

  • Bagikan