Catatan Perjalanan Umrah Backpacker Prof Nurliah Nurdin

  • Bagikan
Mbak Ade (baju orange) titip koper dulu sebelum masuk bandara menuju Jeddah.

JAKARTA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID – “Ayo kak, ditulis pengalaman umrah backpackernya” Begitu kata adinda Una, wartawan senior, ketika saya sampaikan baru saja tiba tanah air saat Una masih berada di Mekkah.
Umumnya orang berangkat umrah bersama rombongan dengan fasilitasi travel. Harganya pun bervariasi.  Saat ini paket umrah  berkisar Rp33 juta-Rp40 juta. Tergantung sekamar berapa orang dan hotelnya di mana. Di Zam Zam Tower pas depan Masjidil Haram atau hotel bintang 3 yang jarangnya beberapa kilometer dari Masjidil Haram.

Mengapa pengalaman umrah backpacker ini penting untuk ditulis? Umrah saya kali ini benar benar tanpa persiapan, tanpa travel, apalagi baju ihram, hanya ada baju konferensi. Saya merasakan sensasi luar biasa seolah ini jalan yang sengaja dibuat Allah SWT dengan memudahkan segala urusan dadakan umrah ini.

Sharing ini semoga bermanfaat , terutama penyerahan diri sebagai hamba yang tidak mampu melakukan apapun tanpa pertolonganNya. Perjalanan dengan tingkat kepasrahan tertinggi memohon kepada yang Maha Kuasa, dan jawaban tersebut seperti kontan diberikan.  

Berawal dari keberangkatan ke Qatar untuk mempresentasikan paper dalam IIAS 2023 Conference yang dihadiri oleh sekitar 56 negara dengan paper sekitar 215 judul. Saya mendapat giliran presentasi di hari Rabu, 9 Februari 2023. Saya pun berangkat  pada  Senin 6 Februari 2023 setelah mengikuti Promosi Doktor Agun Gunanjar, Politisi Senior Golkar yang mempertahankan disertasinya terkait Fungsi Representasi dan Fungsi Rekrutmen Parpol.  Berangkat dari Cengkareng pukul 18.30 direct flight ke Doha selama kurang lebih 9 jam . Tiba pukul 11.30 malam, Jakarta 4 jam lebih awal dari Doha.

Kedatangan tengah malam itu dijemput oleh Titus, driver Kampus Doha Institute dan dibawa langsung ke Guest House Doha Institute yang sangat nyaman. Disambut dengan sekeranjang buah, kue dan minuman. Guest House Kampus serasa hotel bintang lima.  

Saat Pembukaan konferensi hari Selasa 7 Februari 2023, saya bertemu Prof Eko Prasodjo bersama teman teman dosen Universitas Indonesia. Rupanya Prof Eko sudah berencana setelah konferensi di hari Kamis, 9 Februari akan terbang ke Mekkah untuk umrah berenam dengan kawan dosen UI.

“Ayo ikut, dengan visa USA akan mudah dapat visa Saudia” itu kata beliau meyakinkan saya. Sebagai Muslim, siapapun akan sangat berharap bisa ke Baitullah, namun ini tiada persiapan. “Tolong Doakan yaa Prof, jika memang ini calling saya umrah semoga dimudahkan Allah SWT”. Demikian jawab saya yang benar benar berharap ada miracle, kemudahan dariNya.

Visa KSA selesai 20 Menit

Ajakan umroh dadakan ini rupanya membuat saya berfikir sehari semalam, Ya Allah betapa bodohnya saya tidak memiliki rencana yang cerdas untuk memanfaatkan moment di Doha ini untuk berkunjung ke Baitullah. Mendadak menetes air mata membayangkan Kabah di pelupuk mata. Kamis dinihari, 9 Februari, terbangun sekitar pukul 2 dinihari, sepertinya wake up call, untuk kembali memanggilNya. “Ya Allah, jika jarak Doha Mekkah ini begitu dekat dan saya harusnya bisa ke rumahMu, tolong berikan tanda dan mudahkan jalan  ke Baiturahmah.

Doa itu terjawab kontan. MasyaAllah sekitar pukul 6 pagi, ada pesan whatsapp masuk,

“Apakah masih di Doha, sampai kapan? Pesan dari bu Maria Qibtya, Pejabat Pemda DKI, kawan baik yang sering janjian ngopi namun belum kesampaian.  

 “ Iya masih di Doha, apakah ibu akan ke sini? Saya sedang usaha bisa ke Mekkah ini” balas saya.

Jawab beliau, “ Ada sahabat saya , mbak Ade Suci Indah sudah 17 tahun di Qatar, kontak dia, mungkin bisa bantu.”

“Siap, kebetulan saya masih ada kopi dari Indonesia”.

 Tanda pertama jawaban doa, Ya Allah, inikah jalanMu, mempertemukan saya dengan mbak Ade, yang memang sangat sesuai namanya; Suci dan Indah, pure, meskipun baru kenal, seolah sudah menjadi kawan lama juga. Terimakasih bu Maria Qibtya mempertemukan kami.

Singkat cerita, rencana awal agar bisa jogging di sekitar pantai Doha dengan gedung-gedungnya yang penuh art berujung pada berfoto dengan dinding putih di sekitar pantai. Untuk foto visa Saudia. Luar biasa. Rasanya lucu dan aneh, untuk urusan penting foto visa, saya hanya mencari dinding putih, dengan beberapa kali foto akibat kencangnya angin pantai, mata sulit terbuka.

Melalui teman Mbak Ade di Doha, saya bayar Visa KSA (Kingdom of Saudi Arabia) 600 riyal Doha atau sekitar Rp 2.490.000.  Di website resmi evisa KSA tertulis 300 riyal. Mungkin ini karena dibantu, ada biaya cepat, apalagi belum jelas hotel di Mekkah. Olahraga dan foto-foto sekitar pantai diselingi kiriman file foto dan foto passport serta foto visa USA. Bayangkan, untuk foto pembuatan visa, saya hanya cari background dinding putih sambil berolahraga. Hasilnya? Sekitar 20 menit selesai, saya dapat visa tourist Saudi dengan multy-entry sampai Mei 2024. Adanya visa USA di passport saya sepertinya memudahkan untuk dapat jenis visa tourist ini. MasyaAllah, tanda kedua umroh dadakan ini  memang  panggilanNya.

Selanjutnya, mengurus reschedule pesawat Qatar yang seharusnya saya sudah balik Jakarta pada hari Jumat 10 Februari pukul 18.30. Travel di Indonesia sudah kontak untuk perubahan tersebut namun belum ada respon. Akhirnya, saya ditemani mbak Ade (ini kemudahan pertama bertemu Mbak Ade) ke Main Office Qatar Air di Doha. Untuk menjadwal ulang penerbangan ke hari Ahad, pukul 2 dini hari saya harus bayar sekitar Rp.4.000.000 , wah tentu sangat mahal, ini rencana terbang tanpa persiapan maka perlu mencari pilihan yang lebih murah.

Alhamdulillah  ada alternatif lain hanya bayar denda 50 riyal atau sekitar Rp 200.000 tapi balik Jakarta hari Senin tanggal 13  Februari pukul 8.35 pagi. No problem.

Selanjutnya, mencari pesawat Doha-Jeddah yang affordable hanya sekali sehari yaitu Flynas, maskapai lokal Saudi. Biaya pesawat normal di hari biasa (non libur) return akan lebih murah, namun karena  hari Jumat adalah hari libur di seluruh wilayah Arab, maka harga tiket pun meningkat. Return ticket Doha Jeddah dengan Flynas menjadi Rp 7.500.000, harga tiket maskapai lain lebih mahal lagi. Konsekuensi pesawat murah, tidak ada bagasi hanya 7 kg. So far, pengeluaran sudah mencapai Rp.10.200.000 (visa, tiket Doha Jeddah PP dan fee resechedule Qatar air).

Umroh Backpacker Sendiri? Nyaris !

Hari Kamis , pukul 9.30 pagi, urusan visa dan tiket selesai, saya pun lanjut menyaksikan paparan teman dari LAN RI dalam konferensi IIAS sambil meminta izin Kepala LAN RI,Dr. Adi Suryanto, melalui Whatsapp. “ Assalamu alaikum wrwb, Izin menelepon pak (telpon tidak berjawab, beliau sedang di kelas), lanjut chat saya:  “Short story pak, saya mau umrah, mendadak, karena tinggal 2 jam an fly to Jeddah. MasyaAllah, baru pagi ini saya urus visa dan menunda kepulangan dari Jumat ke Senin. Saat ini sedang cari best price tiket Doha Jeddah return. Mohon doa dimudahkan urusan ya pak.” Jawab beliau, “ Amiin, Semoga Lancar, Aamin ya Rabbal Alamin”. “Dengan siapa?”  “Sendiri Pak….” . Jawab saya dengan semangat.  “Ajak Azizah “ ( Azizah Puspasari, pegawai LAN RI, juga ikut konferensi IIAS) , agar dia berdoa di Multazam”.

“Baik Pak.” Segera chats tersebut saya forward ke Azizah yang sedang menyimak presentansi. Terlihat sesaat dia gugup. Rupanya, baru saja dia membatin, alangkah inginnya ikut umrah juga . Ya Allah, begitu indah Engkau atur semuanya. Tadinya saya sudah siap jalan sendiri, Engkau gerakkan pimpinan kami yang seolah tahu lebih baik saya jalan dengan teman dan juga tahu Azizah sangat ingin ikut, hanya perlu encouragement.

Saya bersyukur , berjalan berdua tentu lebih baik , bisa saling menjaga, bisa berbagi dan saling mengingatkan, dengan  meminta Azizah untuk ikut umrah bersama saya.

Di penghujung hari Kamis tersebut, Azizah dengan rasa nano nano, percaya dan tidak,  mengurus semua visa tiket agar bisa bersamaan berangkat bersama saya. MasyaAllah Tabarakallah, satu keyakinan, Jika ini kehendak Allah SWT InsyaAllah dimudahkan, jika pun ada kerikil , itu tantangan.

Jumat, 10 Februari dini hari pun saya mendapat kabar baik, Azizah berhasil mengurus semuanya. Visa Umrah dia urus melalui travel di Jakarta, bayar 1000 Riyal atau sekitar Rp. 4.000.000, jenis visa Umrah, juga multientry selama tiga bulan. Menunda pesawat Qatar Air ke hari Senin dengan membayar sekitar Rp.900.000 dan membeli tiket Flynas yang sama dengan penerbangan saya. Agak mahal semua bayarnya karena berhitung waktu. Alhamdulillah, kami siap berangkat , Azizah langsung dari hotel ke bandara, sementara saya di jemput mbak Ade dari Guest House DI.

Pertanyaannya, bagaimana dengan bagasi kami? Kami punya tiket flight-cheap tanpa bagasi. Alhamdulillah, solusinya, kami hanya membawa 3 pasang baju dan lainnya dalam ransel, koper besar kami akan titip di mobil Mbak Ade. Kemudahan demi kemudahan kami peroleh dengan silaturahmi.

Terbanglah kami pada hari Jumat, 10 Februari 2023 pukul 11.45 pagi dengan rasa percaya tidak percaya, we really make it. Dengan waktu pengurusan kurang lebih 24 jam umrah yang sama sekali tidak terencana InsyaAllah segera kami akan wujudkan, itu gumam hati kami. Penerbangan 3 jam tersebut tidak terasa karena hati kami yang penuh suka cita. Pesawat Flynas seperti Air Asia, menyediakan makanan dan minuman berbayar di pesawat. Kami pun diingatkan saat untuk niat Umrah di pesawat, diantara penumpang sudah ada yang menggunakan pakaian ihram. Pilot pun mengabarkan waktu untuk melakukan niat Umrah bagi penumpang yang akan melakukannya.

 Berbangga diri dan teguranNya

 Saat menunggu pesawat ke Jeddah, kami berbicara dengan warga lokal yang juga akan umrah. Katanya tiket kereta Jeddah Mekkah hanya tersedia online. Maka segera Azizah mencari tiket Al Haramain Speed Rail KSA Jeddah Airport ke Makka Station, yang tersedia online kelas bisnis, seharga Rp 545.800 (kurs Saudi Rp 4038). Tiba di Jeddah sekitar pukul 2.35 sore. Kami pun melewati imigrasi dengan menunjukkan passport dan e-visa  yang di Handphone kami, selanjutnya ke tempat pembelian tiket kereta yang berada di sekitar bandara Jeddah. Ternyata, tersedia penjualan langsung di sana dan ada vending mesin yang bisa beli dari mesin tersebut. Bahkan masih tersedia kelas ekonomi seharga 34 Riyal atau sekitar Rp  125.000.  Para penumpang tidak boleh masuk ke area tunggu station kereta sebelum maksimal 1 jam keberangkatan.

Saat akan check in masuk ke ruang tunggu, ternyata ada kesalahan pemesanan tiket online yang telah Azizah bayar dengan menggunakan kartu kreditnya. Tiket kereta tersebut rupanya bukan destinasi Mekkah namun, wilayah lain. Astagfirullah. Padahal sebelum dibeli,  sudah cek berkali kali. Astagfirullah. Ini teguran. Mungkin sepanjang jalan tadi kami sempat terlupa, kami sempat berbangga diri, bahwa kami bisa umrah mandiri, pesan visa dan tiket sendiri, jalan sendiri.  Astagfirullah, ampuni kami ya Allah. Alhamdulillah, tiket tersebut dapat kami ganti destinasinya kembali ke jalan yang benar, Jeddah-Mekkah. Tanpa perlu membayar baru, hanya mengalihkan destinasi tetap melalui aplikasi. Kami pun beranjak untuk melakukan jamaah shalat Ashar dan Duhur di lantai 2 bandara Jeddah meskipun sebenarnya sudah kami lakukan saat di dalam pesawat perjalanan Doha-Jeddah.

Mendadak saya sadar, setelah wudhu, tas ransel, backpacker rupanya tidak bersama saya. Kemana? Dimana? Waduh. Istigfar, Ya Allah Ampuni saya, saya butuh ransel tersebut. Saya pun berlari ke tempat check in tiket, di tempat duduk yang saya datangi, Alhamdulillah, ransel hitam tersebut masih ada di kursi, disebelahnya ada perempuan yang duduk, seolah ransel tersebut ada yang jaga, padahal kalau ransel tergeletak sendiri, tentu sudah “diamankan” entah pihak keamanan atau orang yang tak dikenal. Alhamdulillah.

Istigfar, perjalanan umrah dadakan ini hanya terjadi karena izinNya. Maka tidak boleh setitik pun ada rasa berbangga diri .Hati yang bersih yang hanya selalu berserah diri ini yang harus dijaga. Tidak mudah, karena sering sekali kita mengandalkan diri  sendiri, lupa diri dan hanya ingat ketika ada teguranNya. Sesungguhnya semua kemudahan ini hanya karena perkenanMu, hanya karena pertolonganMu, tiada kemampuan kami untuk melakukan tanpaMu.

Kami pun saling mengingatkan untuk tidak lepas zikir agar selalu dalam penjagaanNya, sepanjang perjalanan kereta Jeddah- Mekkah ini kami tidak bertemu orang Indonesia. Kami hanya bertemu orang -orang Arab dengan pakaian Ihram.

Masjidil Haram, Biryani, Titip Ransel di Hotel

Kemudahan umrah yang kami rasakan adalah baru sebulan lebih keluar Pengumuman Pemerintah Saudia bahwa untuk umrah bagi perempuan tidak lagi perlu didampingi mahram. Umrah bersama travel biasanya sudah diatur tiap 4 perempuan wajib  ada 1 laki laki yang jadi mahram. Juga adanya shuttle Bus Makkah warna putih No 7 free transportation dari Station Kereta Makkah ke Masjidil Haram.

Saat tiba di Makkah, kami langsung ikut anak muda usia 18 tahun.  Baru duduk di bangku SMA, orang asli Jeddah yang berpakaian ihram. Kami bersama menuju Bus Gratis dari station kereta ke Mesjidil Haram. Jaraknya tidak sampai 10 km. Jika naik taxi hanya sekitar 5 menit dengan bayaran sekitara Rp140.000. Namun, dengan bertemu teman baru yang tahu lokasi dan transportasi gratis, tentu kami memilih Bus saja. Bus nya baru dan nyaman. Inilah salah satu fungsi membuka pertemanan dengan salam dan berkomunikasi.

Begitu terharu kami ketika akhirnya tiba di pelataran Masjidil Haram. Ya Allah Mesjid dengan gemerlap lampu di malam hari dan kerumunan jamaah yang tiada pernah sepi. Izinkan saya berbuka puasa dulu yaa Allah. Sebelum melakukan Saalat, Tawaf dan Sai. Kami pun bergegas mencari makan, saya mencari Biryani, harga 10 riyal, sudah sangat banyak. Pertanyaan berikutnya, agak sulit kami tawaf dan sai dengan ransel berisi baju-baju kami.

Sehari sebelumnya, saya sudah lapor Prof Eko Prasodjo yang juga berada di Mekkah bahwa saya  akhirnya dapat visa dan InsyaAllah berangkat hari Jumat. Berhubung butuh untuk tempat menitip ransel, sementara hotel yang sudah kami booking via bantuan mbak Ade, jaraknya sekitar 1 km dengan harga Rp.850.000/malam, kami cancel. Disebabkan kami tidak akan langsung masuk hotel. Kami langsung ke Masjidil Haram untuk menyelesaikan umrah kami.

Saya pun chat beliau,  “Prof Eko, sekarang di mana? “ Kami di Movenpick Zam Zam Tower” jawab beliau. Dalam hati saya bergumam, wah itu hotel mahal yang ada di Zam Zam Tower. Harga sekitar 10 jutaan per malam, apalagi dadakan dan hari Libur (Jumat).  Tak Sangguplah nginap di hotel tersebut.  Saya pun kembali chat beliau, “ Apakah memungkinkan kami titip ransel kami sebelum tawaf? “ Monggo, Kami sedang di Masjidil Haram menunggu Isya” Titip di Movenpick Hotel lantai 11, concierge kamar 2022”.

Alhamdulillah, Ya Allah, terimakasih,  Engkau atur lagi dimana kami bisa titip ransel kami, meringankan bawaan kami saat tawaf dan sai. MasyaAllah. Meskipun kami tidak bertemu di Mekkah, tapi ide dan semangat umrah dadakan ini originally dari Prof Eko Prasodjo.  Kami boleh titip terimakasih Prof Eko!

Azizah pun mencoba mengecek harga hotel sekitar Zam Zam Tower, masih tidak bergeser dari harga mahalnya. ”Azizah, ransel telah kita titip, ayo kita perform salat dan umrah di Masjidil Haram, InsyaAllah selepas umroh, kita cek lagi harga hotelnya, semoga sudah turun harganya”.

Baitullah, Harapan dan Doa

Tangis pun pecah saat kami bisa salat dan langsung melaksanakan tawaf pas di Maktaf dekat Kabah. Kami memandang Kabah yang megah dengan Kiswahnya, “ Ya Allah, tambahkan kemuliaan, kehormatan, kemuliaan dan kehebatan pada Baitullah ini, dan tambahkan pula pada orang orang yang memuliakan, menghormati dan mengagungkannya”. Semua perjalanan hidup serasa tumpah mengadukannya, saat tawaf, kerinduan ini terbayar”. Terakhir melihatnya Desember akhir 2019,  tiga bulan sebelum covid yang memberikan ketakutan luar biasa pada warga bumi.

Setelah tawaf , kami menipir masih di sekitar Kabah, untuk melakukan salat sunnah. Ya Allah, kami yang selama ini tertunduk di sejadah kami, sekarang Engkau perkenankan melihat langsung di hadapan kami Kakbah, Baitullah. Kami lanjut Sai dan menyelesaikan semua proses umrah. Kami pun melakukan tahallul , yaitu menggunting sedikit rambut kami sebagai tanda selesainya umrah kami.  Kami meminjam gunting pada jamaah Malaysia yang kebetulan kami lihat sedang menggunting rambut.

Pukul 1 dinihari Sabtu, kami keluar Masjidil Haram, mencari teh Tarik untuk menghangatkan badan sambil duduk di pelataran toko, mencoba mencari hotel sekitar Zam Zam Tower melalui aplikasi. Wah, Pullman ZamZam Tower, discount besar dari harga 10 jutaan menjadi Rp.3.7 juta per malam, tanpa sarapan.  MasyaAllah, ini untungnya jalan berdua, hotel bisa kami bagi dua. Namun hitung-hitungan kami sayang jika masuk Sabtu pagi ini sudah jam 1 dinihari. Kami booking untuk Sabtu Malam. Kami ambillah ransel titipan kami di Movenpick dan berterimakasih ke Prof Eko. Kami jalan sekitar hotel tersebut, ke Pullman Hotel, di receptionist pukul 2 dini hari, suasana masih sangat ramai. Kami bertanya apakah kami bisa menggunakan toiletnya/restroom, untuk bersih-bersih karena booking hotel kami tanggal 11 Februari 2023, esok harinya. Alhamdulillah, kami boleh menggunakan restroomnya, kami boleh menitip ransel kami, dan boleh check in  jam 7 pagi. Luar biasa.  Alhamdulillah, biasanya hotel boleh check in setelah jam 12 siang. Ini sama saja kami booking 2 malam tapi bayar satu malam.

Setelah mengganti baju kami yang sudah penuh keringat, kami pun kembali ke Masjidil Haram. Melakukan salat sunnah sambil menunggu salat subuh pukul 5.30 waktu Makkah.

Kami keluar masjid untuk mencari sarapan, kembali dengan nasi biryani kambing.  Hargany 35 riyal cukup untuk kami berdua. Kami pun ke Pullman Zamzam Tower untuk check in dan benar jam 8 pagi kami sudah bisa masuk. Tidur pulaslah kami sampai terbangun sekitar pukul 10.30 pagi. Kembali kami bergegas untuk umrah. Kami turun ke lantai -2 untuk penghentian taxi, kami menawar 40 Riyal untuk mengantar kami ke Mesjid Aisyah atau Tanim untuk niat Umrah.  Pas waktu Dhuhur kami ikut jamaah, dan melakukan tawaf dan sai. Umrah ke dua kami pun selesai setelah shalat Ashar. Rencananya , akan umrah tiga kali sebelum balik ke Doha, yaitu setelah shalat Isya.

Apa daya, Sabtu petang, menjelang magrib, badan saya mendadak panas, lemas, saya tidak kuat lagi berjalan ke Masjidil Haram, meskipun jaraknya hanya 100 meter. Saya pun shalat Magrib dan Isya di hotel dengan mengikuti Imam Masjidil Haram yang terdengar melalui microfon yang memang disiapkan di kamar-kamar hotel yang berada di Zamzam Tower. Azizah ke Masjidil Haram dengan niat untuk tawaf . Di kamar hotel sendiri, dalam lemah saya mendadak berfikir, ya Allah jauh Engkau memanggil saya, apakah di sini saya akan berakhir di dunia? Tentu keluarga saya akan mengikhlaskan saya dimakamkan di Makkah, dishalatkan di Masjidil Haram. Pikiran tersebut mungkin terpengaruh oleh berita duka yang terjadi pada Jumat dinihari, salah seorang tim Prof Eko Prasadjo dari Universitas Indonesia, yang ikut konferensi IIAS di Doha dan keinginan kuat untuk ikut umroh, berpulang ke Rahmatullah, di RS King Fadh, Jeddah. InsyaAllah Almarhum Rusfi Yunairi, husnul khotimah, meninggal dalam perjalanan umrah, semoga cahaya Ilahi selalu menyertainya di alam kubur. Umat Islam banyak berharap dipanggil di tanah suci.

Alhamdulillah, saya terbangun pukul 2 dinihari Ahad 12 Februari 2023. Kondisi sudah lebih baik , kami pun bergegas ke Masjidil Haram.  Bermunajat, berdoa sampai pagi, kami melakukan Tawaf Wada. Tawaf perpisahan. Kami harus segera bergegas ke Jeddah dari Mekkah untuk terbang kembali ke Doha pukul 15.30.  Kami mencari tempat shuttle bus gratis ke Station Makkah, tidak semua petugas keamanan dan petugas hotel memahami bus gratis tersebut. Malah diarahkan kembali ke tempat taxi, mereka bertanya, mana rombongannya? Kami tidak punya rombongan . Ongkos taxi menjadi lebih mahal. 150 riyal, atau sekitar Rp.600.000,  ini mungkin akibat kami keluar dari hotel mahal yaa. Setelah hampir satu jam kami mencari tahu dan terus bertanya, akhirnya ada anak muda petugas hotel yang menunjukkan di mana kami bisa dapatkan free bus ke station ke Harramain Train Station, Bus Makkah. Busnya  warna putih, no 7, berada di sekitar tempat mobil-mobil untuk niat umrah ke Tanim (Mesjid Aisyah).

Salah satu untungnya menjadi backpacker, karena kami tidak membawa koper. Alhamdulillah kami bisa jalan mungkin sekitar 3 km bolak-balik sampai bertemu bus. Kereta kami berangkat pukul 12.30 dan tiba di Jeddah pukul 13.30. Harga tiket kereta cepat  34 riyal kelas ekonomi ( Rp. 136.000). Ternyata, beli tiket online lebih murah, karena membeli di counter kena biaya manajemen menjadi 54 Riyal.

Saat tiba di Jeddah, kami langsung menuju tempat keberangkatan pesawat Flynas , check in tiket, pesawat kami terbang pukul 15.30.  Alhamdulillah, tiba di Doha pukul 18.30. Mbak Ade sudah menunggu kami, dan mengajak makan malam menikmati ikan laut Doha di pinggir pantai.  Koper kami tersimpan rapi di bagasi mobil. Azizah balik ke Jakarta pukul 2 dinihari, sementara saya masih harus menunggu pukul 8.30 pagi di hari Senin, 13 Februari 2023.

Umrah Backpacker, tiada pernah terbayang sebelumnya.  Namun ternyata bisa kami lakukan. Dengan dadakan harga tiket dan hotel menjadi lebih mahal, total pengeluaran sekitar Rp.14.000.000. Jangan lupa, ini pas kami beli tiket Doha-Jeddah.. Bagi teman teman yang ingin mencoba umrah backpacker, perlu mencari tiket dan hotel yang pas sedang murah. InsyaAllah, umrah saat ini menjadi lebih mudah. MasyaAllah Tabarakallah. La Haula Wala Quwwata Illa Billah,  "Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung." ***

(Catatan Perjalanan Ini dituliskan oleh Prof Nurliah Nurdin, Direktur STIA LAN Jakarta)

  • Bagikan