Harga Jagung di Jeneponto Merosot, Pedagang Salahkan Petani

  • Bagikan

JENEPONTO, RADARSELATAN - Turunnya harga jual jagung di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, disebabkan ulah petani itu sendiri.

Pasalnya, para petani dinilai terlalu cepat memanen tanamannya. Sehingga, mengurangi nilai jual.

Salah satu pedagang jagung, Yudi mengatakan rendahnya daya jual dipengaruhi kurang di pupuk.

Sehingga, jagung yang kelihatan sudah tua langsung dipetik, padahal kata Yudi, belum waktunya.

"Karena kurang pupuk jadi dianggap sudah tua, banyak jagung rusak belum saatnya dipanen sudah dipanen," kata Yudi kepada wartawan, Minggu (10/3/2024).

Menurut Yudi, harga jagung saat ini hanya Rp 3 ribu perkilo. Itupun tergantung jenisnya.

"Kalau kering Rp 3.500 tapi kalau basah mulai 2.800 sampai 2,900 terus untuk pengambilan di gudang Rp 4.500 per kilogram," jelasnya.

Sementara, petani asal Desa Datara, Kecamatan Bontoramba, Jeneponto, Yunus menjelaskan ia menjual hasil tanamannya itu sebesar Rp 2.800 perkilo.

Ia tak memungkiri, harga jual jagung kuning belakang ini tergolong naik turun. Bahkan, pernah merosot drastis.

"Naik turun pak, kemarin saja harganya Rp 2.900 sekarang Rp 2.800 bahkan pernah turun Rp 2.500," ungkapnya.

Tak hanya itu, kata Yunus, hal yang paling parah yakni harga racun naik disaat harga jagung anjlok.

Ditambah petani juga kesulitan mendapatkan pupuk non subsidi. Sehingga petani merasa kesusahan di penen perdana tersebut .

"Manami harga jagung turun tapi harga racun tambah naik ditambah juga pupuk susah di dapat pak, jadi tambah susah ki ini pak," jelasnya.

Imbas hal tersebut, Yunus dan petani lainnya terancam merugi hingga jutaan rupiah. Termasuk rugi tenaga.

"Rugi sekali maki ini pak, modalnya banyak baru keuntungan sudah tidak ada, manami tenaga terbuang-buang," pinta Yunus.

Dengan kondisi seperti ini, Yunus berharap pemerintah segera turun tangan untuk menormalisasi harga. Agar, petani dan pedagang sama-sama untung.

"Semoga pemerintah monitor soal harga ini," pungkasnya. (***)

Penulis: Akbar Razak Editor: Haswandi Ashari
  • Bagikan