Mariani, Ubah Ganyong dari Tanaman Liar Menjadi Pangan Lokal Bernilai Ekonomi

  • Bagikan
Mariani memamerkan cookies Ganyong yang diproduksinya.

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Ganyong adalah tanaman sejenis umbi-umbian yang tumbuh subur di dataran tinggi Kabupaten Bulukumba. Ganyong inilah yang membawa nama Bulukumba bersinar di Festival Pangan B2SA yang digelar TP PKK Provinsi Sulsel baru-baru ini.

Ganyong merupakan tanaman yang memiliki kandungan karbohidrat  yang sangat cocok menjadi salah satu pangan alternatif pengganti beras. Ganyon pun bisa diolah menjadi  tepung. Sayangnya tanaman ini kurang mendapat perhatian bahkan mirisnya tanaman ini hanya dianggap sebagai tanaman liar oleh Sebagian warga.

Tetapi di tangan perempuan muda  Kahayya, Mariani,  tanaman ini bisa di sulap menjadi berbagai macam olahan yang tentunya mengangkat nilai ekonomi dari Ganyong.

Melalui tangan kreatifnya, Mariani berhasil membuat salah satu olahan ganyong  berupa cookies ganyong. Cookies Ganyong pula yang dibawa TP PKK Bulukumba sebagai kudapan saat Festival B2SA tingkat Provinsi Sulsel.

"Cookies Ganyong merupakan cemilan adaptasi dari kue khas Sulsel yaitu baruasa," katanya.

Ia bercerita bahwa  ia tidak menggunakan tepung beras maupun tepung sagu menjadi bahan pokok pembuatan olahannya, melainkan menggunakan tepung ganyong.

"Selain menjadi cookies ganyong, ganyong juga bisa diolah menjadi kerupuk ganyong yang rasanya kriuk kriuk menggoda," bebernya,

Dari produk ini berhasil mengantarkan Mariani   menjadi pemuda pelopor tingkat Nasional tahun 2022 lalu.

"Besar harapan saya, semoga kedepannya kerupuk ganyong dan cookies ganyong bisa menjadi oleh-oleh khas Desa Kahayya bahkan Bulukumba utamanya. Dan semakin mengangkat nilai ekonomi dari tanaman ini sekaligus menjadi identitas bahkan jika di daerah Palopo mereka punya taharo atau sagu maka kita di Bulukumba juga punya ganyong," harapnya.

Perempuan tangguh ini juga membeberkan, bahwa dengan tekad dan kerja kerasnya, melaui produk yang ia buat, mampu membantu warga Kahayya khususnya petani perempuan.

"Ganyong sendiri saya beli langsung dari petani, awalnya warga tidak tahu sama sekali bahwa tanaman liar ini memiliki nilai ekonomi apabila kita olah dengan baik," tutupnya. (fitriani salwar)

  • Bagikan