Pemerintah Tambah Kuota Impor Beras

  • Bagikan
Kepala Bapanas Arief Prasetyo. (Foto Bapanas)

RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Pemerintah melakukan berbagai cara demi jinakkan harga beras di pasaran. Selain menambah kuota impor beras, pemerintah juga rajin menggelar operasi pasar di berbagai lokasi. Harapannya, memasuki bulan Ramadan, harga beras sudah bisa dikendalikan.

Sebenarnya, operasi pasar sudah dilakukan pemerintah dalam sepekan terakhir. Sayangnya, cara tersebut masih belum berhasil. Di sejumlah pasar tradisional di Jakarta, harga makanan pokok orang Indonesia itu itu masih terbilang tinggi.

Harga beras premium misalnya, masih dibandrol Rp16 ribu per kilogram. Bahkan merujuk Info Pangan DKI, harga beras premium di Pasar Pluit sudah mencapai Rp 20 ribu per kilogram. Sementara harga beras medium dibandrol Rp14 ribu hingga Rp15 ribu kilogram.

Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) harga beras premium memang masih mengalami kenaikan. Per hari Selasa (27/2/2024), harga beras premium naik Rp 150 per kilogram menjadi Rp 16.520 per kilogram. Sedangkan harga beras medium naik Rp 90 menjadi Rp 14.390 per kilogram.

Mengatasi harga beras yang belum stabil itu, pemerintah mengambil kebijakan baru yaitu menambah impor beras sebanyak 1,5 juta ton. Hal tersebut disampaikan Kepala Bapanas Arief Prasetyo saat ditemui di Depok, Selasa. Kata Arief perintah menambah impor beras itu disampaikan Jokowi dalam rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Senin (26/2).

Arief mengatakan, Presiden Jokowi ingin memastikan ketersediaan pangan dalam menghadapi bulan Puasa dan Lebaran 2024. Karena itu, Presiden memerintahkan Bapanas agar mengguyur beras dari Perum Bulog ke daerah-daerah yang mengalami kenaikan yang tinggi.

Selain itu, kata dia, Pemerintah juga menambah kuota impor beras tahun ini sebesar 1,6 juta ton. Dengan tambahan tersebut, kuota impor beras tahun ini menjadi 3,6 juta ton.

Arief menerangkan, kuota tambahan impor itu merupakan langka kewaspadaan terhadap kekurangan beras ke depan. kondisi iklim yang mempengaruhi pertanian tidak bisa diprediksi.

“Ini namanya early warning system, jangan sudah kejadian (beras langka), kita enggak punya stok atau baru nyari-nyari. Nanti harga beras yang di dunia itu angkanya akan tinggi,” kata Arief.

Arief menjelaskan, stok beras di gudang Bulog setidaknya harus terisi sebanyak 1,2 juta ton beras. Sementara, data terakhir tercatat stok beras berada di angka 800 ribu ton. Saat ini, beras yang sedang terkirim dari luar negeri atau goods in transit berada di kisaran angka 500 ribu hingga 600 ribu ton.

“Jadi memang kita harus terus menjaga stok di 1,4 juta ton,” kata Arief.

Arief menyampaikan, Pemerintah harus memiliki cadangan beras pemerintah (CBP) untuk mencegah kelangkaan. Baik yang disebabkan oleh ancaman cuaca maupun produksi dalam negeri yang terganggu oleh hama.

Arief menyebut, antisipasi kelangkaan beras tidak bisa dilakukan secara mendadak, dibutuhkan persiapan hingga tiga bulan ke depan. Karenanya, rencana impor beras menjadi langkah mitigasi untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri yang mencapai 2,5 juta ton per bulan.

Arief memastikan impor beras ini tidak akan merugikan petani. Menurut Arief, beras yang didatangkan dari luar negeri telah disesuaikan dengan jumlah kekurangan antara produksi dan konsumsi nasional.

“Impor yang dilakukan pemerintah adalah impor yang terukur, sehingga kita juga harus jaga di tingkat petani dengan baik ya, hulu dan hilir,” ungkapnya.

Lebih lanjut, untuk menjaga stabilitas harga, Bapanas juga akan mengisi stok-stok beras baik di ritel modern ataupun pasar tradisional. Arief memastikan bahwa ketersediaan beras di pasar tradisional dan ritel modern akan selalu aman, meski memerlukan waktu yang cukup lama untuk mendistribusikannya.

Langkah lain dari Pemerintah untuk menekan atau menurunkan harga beras adalah dengan membanjiri pasar tradisional dan ritel modern dengan beras Bulog atau beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan persediaan beras cukup banyak atau aman untuk periode Ramadan dan Idul Fitri 2024. Kata dia, Pemerintah melakukan segala cara untuk menggenjot produksi beras dalam negeri. Bahkan, kata Amran, Presiden sudah menyetujui penambahan anggaran untuk subsidi pupuk di tahun 2024 ini dari 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton.

“Kami harap seluruh petani di Indonesia lakukan tanam cepat,” kata Amran.

Selain penambahan kuota subsidi pupuk, Kementan juga melakukan pompanisasi sungai besar di pulau Jawa, diantaranya Bengawan solo agar tanaman padi bisa bertahan sehingga ancaman gagal panen dapat teratasi.

Saat ini, kata Amran, pemerintah juga sudah menyiapkan bendungan yang mampu mengairi lahan 200.000 hektare.

Lebih lanjut, langkah selanjutnya adalah optimalisasi lahan dengan teknologi sumur dalam serta sumur dangkal air tanah, yang sudah diuji coba di Gunung Kidul dengan mengairi 1.000 hektare dengan biaya Rp 14 miliar.

Menurutnya, langkah-langkah tersebut ditargetkan bakal menghasilkan produksi lahan pertanian bagi petani, sehingga produksi dalam negeri bisa menopang kebutuhan yang ada.

“Produksi kita di Maret, April, Mei, Juli Insya Allah aman. Hanya saja jika kita harus menyiapkan di Juni, Juli, Agustus September, Oktober, kita harus siapkan dari sekarang, kita ini preventif, bukan kuratif terjadi baru panik,” pungkasnya. (jpnn)

  • Bagikan