Situs Sejarah Perkembangan Agama Islam di Bantaeng, Masjid Taqwa Tompong

  • Bagikan
Foto: Masjid Taqwa Tompong, Kabupaten Banateng. (mad)

BANTAENG, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Masjid Taqwa Tompong, menjadi saksi penyebaran agama islam di Kabupaten Bantaeng. Didirikan pada masa pemerintahan raja Bantaeng yang ke-29Karaeng Panawang (1877-1913), tepatnya 08 Februari 1885 atau 22 Rabiul akhir 1302 Hijriah.

Menyusuri jejak perkembangan Islam di Sulawesi Selatan (Sulsel), tak lengkap jika tak bicara tentang masjid-masjid kuno.

Kabupaten Bantaeng  punya bangunan penanda sejarah Islam lokalnya. Tempat tersebut adalah Masjid Besar Taqwa Tompong yang berada di Dusun Tompong, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng. Selain sebagai tempat ibadah, masjid tersebut masih menyimpan benda bersejarah.

Masjid ini memiliki pengaruh sangat besar  bagi perkembangan Islam di daerah dengan julukan Butta Toa.

Masjid Taqwa Tompong didirikan pada masa pemerintahan raja Bantaeng yang ke-29Karaeng Panawang (1877-1913), tepatnya 08 Februari 1885 atau 22 Rabiul akhir 1302 Hijriah. Awalnya masjid ini hanya sebuah langgar.

Usulnya berasal dari La Bandu, seorang saudagar kaya asal Wajo yang beristri orang Bantaeng, sebagai penyandang dana terbesar untuk pembangunan masjid. Permintaan ini diajukan lebih dulu pada dewan adat Sampuloruana (dua belas tetua).

Singkat cerita, usulan tersebut disetujui dan mendapat restu dari Karaeng Panawang. Dengan Arsitek yang terlibat dalam perancangan, seorang warga Kerajaan Bone bersama La Pangewa.

Menurut salah satu pengurus masjid H. syamsuddin Adam, menuturkan bahwa seluruh bangunan memiliki makna masing-masing, seperti pintu, jendela, tiang penyangga, dan plafon.

"Lima buah pintu masuk, yang bermakna lima rukun Islam, enam jendela, yang bermakna, enam rukun Iman, empat tiang penyangga, memiliki makna empat Mazhab Syafi'i, Hambali, Hanafi, dan Maliki, dan rangka atap plafon masjid yang berjumlah 17, yang bermakna jumlah rakaat dalam salat," jelasnya kepada RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID.

Di masjid  Taqwa Tompong, juga terdapat satu pintu khusus, di mana konon merupakan pintu masuk khusus sang raja saat itu, di dalam masjid juga terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu hitam dengan relief kaligrafi.

Selain itu benda bersejarah yang masih tersimpan, seperti Alquran dengan tulisan tangan, yang hingga saat ini tidak diketahui siapa pembuat dan penulisnya,  juga terdapat dua pengeras suara untuk panggilan adzan yang berbentuk seperti terompet yang terbuat dari kayu dan besi. Dengan memiliki tiga lantai yang dulunya lantai paling atas digunakan untuk adzan.(mad/has/ b)

  • Bagikan