Dekranasda Bulukumba, Hari Jadi, dan Eksistensi Penenun Lokal yang Kini Naik Kelas

  • Bagikan
Ketua Dekranasda Bulukumba Andi Herfida Muchtar bersama Ketua DPRD Sulsel Andi Ina Kartika. Keduanya mengenakan baju tenun Bira yang menjadi binaan Dekranasda Bulukumba.

BULUKUMBA, RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID -- Bulukumba dan tenun tidak bisa dipisahkan. Sama seperti Bulukumba dengan pinisinya, atau Bulukumba dengan pantainya.
Di Kabupaten Bulukumba ada dua wilayah yang menjadi basis penenun tradisional. Di Kajang dan di Bira.
Mereka adalah para penjaga warisan leluhur yang bertahan hingga kini. Antara hidup dan mati.
Beruntung ada Dekranasda, organisasi yang kini diketuai oleh Andi Herfida Muchtar, istri Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf.
Sejak dilantik menjadi Ketua Dekranasda Bulukumba, Andi Herfida bergerak masuk ke desa-desa. Menemui para penenun dan perajin yang selama ini lebih banyak berkarya dalam diam.
“Penenun-penenun kita butuh perhatian lebih dari pemerintah. Mereka selama ini sudah sangat berjasa menjaga tradisi menenun secara turun temurun,” ujar Andi Herfida kepada RADARSELATAN.FAJAR.CO.ID.
Di Sulsel kata Andi Herfida, popularitas dan kualitas tenun Kajang dan tenun Bira boleh diadu dengan tenun dari daerah lain. “Tenun Kajang punya histori dan filosofi yang sangat dalam. Begitu juga dengan tenun Bira. Makanya sejak diamanahkan menjadi Ketua Dekranasda saya selalu meminta tenun Kajang dan tenun Bira digunakan oleh para pejabat di lingkup Forkompimda Bulukumba terutama saat perayaan khusus seperti Hari Jadi Bulukumba,” urainya.

Di HUT ke-64 Kabupaten Bulukumba yang dirayakan 4 Februari 2024, Andi Herfida bahkan mendesain sendiri sarung tenun Bira dan baju dari bahan tenun yang dipesan langsung di para penenun yang ada di Desa Bira.
“Saya ingin tetap menggiatkan produk lokal. Motif sarung yang digunakan Forkopimda tahun ini ada coral labba dan gambar Pinisi. Semuanya berwarna hitam dipadukan warna silver,” ujarnya.
Andi Herfida menambahkan, ia pun sangat konsen mengangkat budaya Kajang dengan filosofi kesederhanaan yang semuanya memakai warna sama yakni hitam.
Ke depan, kata Andi Herfida, para penenun diharapkan
bisa memiliki mental enterpreneur dengan menjaga kualitas produk dan pada akhirnya harga tenun Kajang dan Bira bisa bersaing dengan produk tenun dari daerah lain.

Andi Herfida meminta agar para penenun menghasilkan karya tenun secara rutin dengan menjaga kualitas. Produksi tenun kata dia, tidak bisa hanya dilakukan pada momentum tertentu seperti saat pameran, kunjungan pejabat, hari jadi dan sebagainya.

Masyarakat pun diharapkan bisa menghargai produk lokal seperti tenun Kajang dan tenun Bira dengan menggunakannya pada momen-momen khusus.

"Mengenai pangsa pasar, kami di Dekranasda sudah berupaya semaksimal mungkin mempromosikan melalui pameran di berbagai kota di Indonesia bahkan membuat fashion show dengan menghadirkan desainer ibukota,” ujar Andi Herfida yang juga Kadis Kebudayaan Kota Makassar ini. (una)

  • Bagikan